Anak yang dianugrahi oleh yang kuasa untuk memiliki kelebihan kromossom(down syndrom), kelebihan tenaga(hyper active), imajinasi yang berlebih (autis) dan lain sebagainya merupakan sebuah realita yang ada dihadapan kita. Keberadaan anak-anak berkebutuhan khusus ini bukan hanya memerlukan penelaahan yang ilmiah untuk mendapatkan pengobatan atau terapi yang tepat namun juga penyediaan sarana belajar mengajar yang intensif, sehingga pada tahap yang paling memungkinkan mereka mampu untuk membaur dengan rekan-rekannya yang lain dan menunjukkan kemampuan yang mereka punyai secara maksimal. Penyediaan pendidikan khusus bagi anak ’special needs’ yang menempatkan mereka bersama komunitas sesamanya yang memiliki kemampuan dan anugrah yang sama memang sangatlah penting sebagai langkah awal penyiapan mental agar mampu untuk mengurus diri mereka serta melepaskan ketergantungan pada orang lain. Namun ada satu tahap lagi yang penting agar mereka mampu mengenali diri mereka sendiri melalui orang lain disekitar hidupnya…. yaitu “Sekolah Inklusi” Sekolah Inklusi merupakan sebuah sarana alternatif yang mencoba untuk membaurkan segala perbedaan dan mengenalkan anak berkebutuhan khusus kepada realita dunia yang sebenarnya untuk berinteraksi dengan anak-anak sebayanya yang lebih ‘beruntung’. Pada prosesnya anak berkebutuhan khusus akan belajar untuk mengenalkan diri mereka sendiri kepada orang lain, mengenali hal-hal yang dipandang layak oleh masyarakat umum, mengenal peraturan dan sangsi, mengenalkan daya pikir yang lebih analitis, mempertahankan diri mereka sendiri dari bahaya luar, mencoba untuk berkompetisi dan mengenali banyak perbedaan. Pelatihan kemandirian yang selama ini disiapkan di sekolah khusus akan semakin terasah dan berguna apabila anak special ini langsung mempraktekkannya di pendidikan ‘informal’ yang tertata dengan baik sebagai masa transisi ke arah tujuan yang sesungguhnya.

sumber : edukasi.kompasiana.com