Kamis, 29 April 2010

Pendidikan Anak 'Special Needs' di Malang

Pemerintah Kabupaten Malang, Jawa Timur, melalui kebijakannya sesuai amanat UUD 1945, serta UU Sisdiknas N0 20 Tahun 2003, akan segera melaksanakan pendidikan khusus (PK) dan pendidikan layanan khusus (PLK) bagi penderita autis. Anak penderita autis atau anak-anak dengan berkebutuhan khusus (ABK) yang mengalami kelainan fisik, emosional, mental, sosial atau memiliki kecerdasan dan bakat istimewa berhak mendapat pendidikan guna menyongsong masa depan mereka lebih baik lagi. Selain pendidikan khusus, pemkab Malang juga akan menambah sekolah inklusif (sekolah biasa) yang dapat mengakomodir semua anak berkebutuhan khusus (ABK) yang terpilih melalui seleksi dan memiliki kesiapan baik Kepala Sekolah, guru, orang tua peserta didik, tenaga administrasi serta lingkungan sekolah/masyarakat.
Saat ini jumlah sekolah inklusif yang ada di Kabupaten Malang baru delapan sekolah yang tersebar di delapan kecamatan, sedangkan SLB yang ada masih sangat terbatas dan letaknya jauh. ”Ke depan akan dikembangkan sekolah untuk ABK pada masing-masing kecamatan di tiap eks pembantu Bupati,” kata Kadis P dan K, Drs Suwandi MM, MSC, pada acara sosialisasi pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus kerjasama Tim Penggerak PKK dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Malang, belum lama ini. Ia mengharapkan, melalui kerjasama yang sinergi antara Dinas P dan K dan TP.PKK (Pokja II) dapat meningkatkan pemahaman terhadap masyarakat tentang arti pentingnya Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus bagi penderita autis guna menyongsong masa depan mereka lebih baik lagi.
Pentingnya pendidikan tidak hanya berlaku bagi anak-anak pada umumnya tetapi juga bagi anak yang memiliki special needs.

sumber : www.blogger.com

Pendidikan Seksual Bagi Anak 'Special Needs'

Jakarta, Selama ini terapi yang diberikan pada anak-anak kebutuhan khusus seperti autis, sindrom Asperger dan lainnya sebatas terapi bicara dan okupasi agar si anak bisa berbicara, menulis, belajar dan bersosialisasi. Padahal pendidikan seks juga harus diajarkan pada anak kebutuhan khusus sejak dini.

"Pendidikan seks tidak selalu mengenai hubungan pasangan suami istri, tapi juga mencakup hal-hal lain seperti pemberian pemahaman tentang perkembangan fisik dan hormonal seorang anak serta memahami berbagai batasan sosial yang ada di masyarakat," ujar Dra Dini Oktaufik dari yayasan ISADD (Intervention Service for Autism and Developmental Delay) Indonesia dalam acara Tanya Jawab Seputar Autisme di Financial Hall Graha Niaga, Jakarta, Sabtu (3/4/2010).

Dini menambahkan hasrat seks merupakan suatu hal yang alamiah. Masa puber yang terjadi pada anak berkebutuhan khusus terkadang datang lebih awal dari anak normal, tapi bisa juga datang lebih lama atau mengalami keterlambatan. Dalam hal ini anak akan mengalami perubahan hormonal dan juga perubahan fisik berbeda pada anak laki-laki dan perempuan.

"Pendidikan seks jarang sekali disinggung bila berbicara mengenai autisme, mungkin karena dianggap masih tabu. Padahal pendidikan seks yang baik dapat membantu mempersiapkan si anak menjadi individu dewasa yang mandiri," ujar Gayatri Pamoedji, SE, MHc pendiri dari MPATI (Masyarakat Peduli Autis Indonesia).

Jika pendidikan seks tidak diberikan sejak dini, maka nantinya bisa menjadi masalah baik dari sisi eksternal atau internal si anak, seperti mungkin saja anak jadi memiliki kebiasaan memegang kemaluan sendiri, suka menyentuh bagian privat orang lain, tidak siap menghadapi menstruasi, masturbasi atau mimpi basah yang dapat mempengaruhi emosinya dan juga tidak dapat menjaga kebersihan daerah kemaluannya.

"Karena itu pendidikan seks menjadi sangat penting dan sebaiknya sudah dimulai sejak anak berusia 3 tahun. Tapi tentu saja si anak juga harus diberikan pelatihan mengenai kepatuhan, pengertian mengenai pemahaman perubahan fisik dan hormonal yang terjadi serta mencermati perilaku seks," ujar Dini yang menjadi praktisi terapi perilaku.

Dini menambahkan dalam memberikan pendidikan seks pada anak sebaiknya anak mengenali bagian tubuh dirinya sendiri dan jangan pernah mengeksplor tubuh orang lain. Selain itu, orangtua harus waspada dalam memberikan pemahaman mengenai perubahan fisik yang terjadi. Sedangkan dalam memberikan pemahaman mengenai perubahan hormonal bisa melalui cerita yang mudah dimengerti, karena hormon tidak dapat terlihat secara visual.

"Dalam hal ini orangtua harus dengan sabar mengajarkan anak apa saja yang boleh dan tidak boleh dilihat saat sedang berbicara, anak memahami mana yang termasuk sentukah OK dan mana yang tidak serta anak diajari mengenai social circle, yaitu anak diberitahu siapa saja yang boleh mendapatkan peluk dan cium," ungkapnya.

Orangtua harus memiliki kesadaran bahwa masalah seksual kini semakin eksis, sehingga orangtua jangan hanya terpaku pada mind setting masyarakat mengenai pendidkan formal saja.

Anak dengan kebutuhan khusus juga memerlukan pendidikan mengenai seks, karena tanpa disadari mereka juga akan mengalami hal yang sama dengan anak normal lainnya. Sedangkan pada anak kebutuhan khusus terkadang memiliki kadar emosional yang tidak stabil, sehingga harus diajarkan secara bertahap.

"Pendidikan seks harus dimulai sejak dini, karena jika tidak dilakukan sejak awal maka ada kemungkinan anak akan mendapatkan banyak masalah seperti memiliki kebiasaan suka memegang alat kemaluan sebelum tidur, suka memegang payudara orang lain atau masalah lainnya," tambah Dini.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memberikan pendidikan mengenai seks pada anak kebutuhan khusus yaitu, orangtua lebih berperan dibandingkan dengan terapis, memberikan pendidikan berdasarkan tingkat pemahaman anak dan dengan kata-kata positif, membuat rekayasa suasana sebelum anak diekspos keluar, memiliki peraturan tersendiri, menggunakan kekuatan reward (hadiah) dan bukan kekuatan hukuman.

(ver/ver)

Sumber : http://health.detik.com/read/2010/04/03/162239/1331267/764/pentingnya-pendidikan-seks-pada-anak-kebutuhan-khusus

Pendidikan Juga Penting Bagi Anak Special Needs

Sistem pendidikan saat ini belum bisa mengakomodasi anak berbakat khusus atau gifted. Sekolah cenderung menyeragamkan kemampuan anak tanpa melihat potensinya. Padahal, tanpa penanganan yang tepat, potensi besar anak berbakat khusus akan terbengkalai dan kerap menimbulkan masalah.Anggota DPD GKR Hemas mengatakan anak berbakat khusus mempunyai kemampuan dan cara berpikir yang berbeda dari anak pada umumnya. Mereka juga mempunyai kebutuhan besar untuk berpikir dan berekspresi secara bebas.Sekolah yang ada saat ini cenderung tidak melihat keunikan tersebut. Sistem pendidikan juga belum bisa memenuhi kebutuhan anak berbakat khusus untuk berpikir secara bebas. Kelas akselerasi yang semula dimaksudkan untuk mewadahi anak berbakat khusus pun, pada kenyataannya hanya berisi pemadatan materi pelajaran.BerbedaOleh karena itu, tutur Hemas, diperlukan sebuah sekolah khusus untuk mengakomodasi mereka. “Pola pengasuhan dan pendidikan anak berbakat khusus tidak bisa disamakan. Tanpa kebebasan penuh untuk berpikir, mereka akan sulit menggali potensinya,”katanya dalam seminar regional “Merumuskan Media Belajar Bersama untuk Anak Berbakat Khusus (Gifted)” yang diselenggarakan Yayasan Anak Bangsa Mandiri di Aula Dinas Pendidikan Provinsi DI Yogyakarta, Jumat (9/1). Anak berbakat khusus biasanya berintelegensia jauh di atas rata- rata. Beberapa di antara tokoh dunia yang termasuk dalam kategori tersebut, antara lain Albert Einstein dan Thomas Alva Eddison. Akibat cara berpikir yang berbeda tersebut, anak berbakat khusus kerap tampak berulah di sekolahnya. Selain itu, mereka juga kerap dianggap bodoh karena tidak memperlihatkan nilai akademis yang baik. “Pada banyak kasus, anak berbakat khusus ini paling kerap membolos dan melakukan tingkah yang dianggap sebagai kenakalan oleh gurunya,” ujarnya.Kepala Dinas Pendidikan DIY Suwarsih Madya mengatakan, anak berbakat khusus mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan yang sesuai dengan keunikannya. Hal ini mengingat hakikat pendidikan adalah mengembangkan potensi sesuai dengan bakatnya. Selama ini, pendidikan justru cenderung mengubah anak sesuai dengan citra yang diinginkan masyarakat, yaitu mempunyai nilai akademis tinggi, penurut, dan pendiam. “Hal ini jelas sulit diterapkan pada anak berbakat khusus karena akan mengubur bakatnya,” ucapnya.
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Pendidikan tidak hanya milik orang-orang tertentu. Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara seperti yang telah dicantumkan pada Undang-Undang. Demikian halnya bagi anak denga special needs, mereka juga perlu diberikan perhatian khusus dalam hal pendidikan.

sumber :
adindachaniagotnnr07.blogspot.com
http://dyahanggraini.ngeblogs.com/2010/04/20/pentingnya-pendidikan-juga-milik-anak-dengan-special-needs/

Tingkat Kecerdasan Anak 'Special Needs'

Hari ini hari pertama ngajar di sekolah bagi anak-anak dengan special needs atau berkebutuhan khusus. Wiiih betul-betul kayak mimpi deh rasanya. Beberapa tahun lalu saya selalu bermimpi ingin punya pekerjaan seperti si Torey Hayden. Kayaknya kok seru banget ngajar anak-anak istimewa yang mempunya kebutuhan berbeda dibanding anak-anak kebanyakan. Dan akhirnya..tadaaaa! Tuhan mengabulkan keinginan saya.

Hari ini pertama kalinya saya dilibatkan dalam terapi kelompok. Secara mental dan emosional, anak-anak yang tergabung dalam terapi kelompok ini sudah lumayan stabil. Jarang tantrum dan bisa diajak berkomunikasi lebih baik. Sebelumnya mereka harus melalui terapi individu dulu. Saya menjadi bagian terapi kelompok bersama dua anak laki-laki berusia kisaran 8 tahun. Keduanya autis namun dengan karakter yang berbeda. Anak pertama mengalami autis namun tingkat intelegensianya tinggi. Pintar berhitung, daya imajinasinya seringkali diwujudkannya dalam gambar, permainan balok, dan menulis bebas.

Anak-anak autis tampaknya gagal untuk mengembangkan konsep diri yang terdiferensiasi, perasaan bahwa mereka merupakan individu yang terpisah. Walaupun menunjukkan perilaku yang tidak biasa, sering kali mereka tampak cukup menarik dan pandai seperti yang diceritakan pada kasus diatas.

sumber : nunubawel.multiply.com

Terapi Neurofeedback Bagi Anak 'Special Needs'

Neurofeedback adalah ‘pelatih’ otak yang sangat efektif; bisa membaca kemampuan otak sekaligus menuntun anak agar bisa berprestasi sebaik-baiknya. Terapi ini meluruskan aktivitas otak yang error, baik yang melempem ataupun yang hiperaktif. Setiap kali otak berhasil meningkatkan kerjanya, ‘pelatih’ ini akan memberi umpan balik atau feedback, semacam bonus.

Si ‘pelatih’ yang satu ini tidak cerewet. Ia mengajar tanpa menghamburkan kata-kata atau gerakan, sehingga murid bisa mengikuti pelatihannya sambil duduk dengan anteng. Dia bahkan tidak bisa bicara, karena berwujud seperangkat mesin yang mengekspresikan diri melalui layar monitor komputer/laptop. Namanya EEG Neurofeedback.
Perangkat EEG (electro encephalogram) sudah cukup lama dipakai dalam dunia kedokteran. Biasanya seorang dokter ahli saraf menggunakan perangkat EEG untuk merekam aktivitas listrik sel-sel otak pasiennya. Dalam grafik rekaman frekuensi gelombang otak tersebut, bisa dibaca aktivitas otak pada saat itu. Misalnya gelombang beta (otak dalam kondisi aktif berpikir), alpha (otak dalam keadaan lebih rileks), tetha (otak sangat tenang dan penuh ide spontan), dan gelombang delta ketika otak masuk fase tidur pulas disertai mimpi. Bedanya dengan EEG yang sudah dikenal luas, EEG Neu-rofeedback ini sekaligus mampu menyaring gelombang otak yang error, misalnya hubungan sel saraf yang over connected, yang mencetuskan gejala obsessive compulsive behavior pada penderitanya (contohnya mencuci tangan berulang-ulang) atau justru ‘kurang nyambung’ sehingga perhatian para penderita menjadi tidak fokus.

Gelombang otak yang error akan tertangkap alat penguat (amplifier) dan diperlihatkan lewat layar monitor komputer dalam bentuk gambar disertai suara. Berdasarkan feedback tersebut otak akan dituntun dan dilatih untuk beraktivitas ke arah normal. Dengan demikian gejala yang dialami pasien akan semakin berkurang.

Singkatnya, perangkat ini merupakan strategi pembelajaran otak yang memungkinkan seseorang untuk mengubah gelombang otaknya. Selajutnya lewat alat ini, orang tersebut melakukan latihan otak (brain exercise) untuk memperbaikinya.

“Neurofeedback akan melatih otak untuk memantapkan aliran atau gelombang otak sehingga memungkinkan seseorang tampil secara optimal. Melalui proses latihan inilah synaptic connection (pengaliran gelombang listrik oleh sel-sel saraf) akan dikembalikan pada struktur normalnya. Jika ini bisa terlaksana maka kemampuan kognitif dan emosi seseorang menjadi lebih mantap. Performa pun menjadi lebih baik,” tutur Dr Joseph Guan dalam seminar memperkenalkan terapi EEG Neurofeedback yang diselenggarakan ICSCE bulan April lalu di Jakarta.
Terapi Neurofeedback dapat membantu bagi anak-anak dengan special needs.

sumber : www.nirmalamagazine.com

Defenisi 'Special Needs'

Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK atara lain:
tuna netra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak dengan gangguan kesehatan. Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat

Dengan demikian orangtua memegang peran penting untuk menciptakan lingkungan yang konduktif guna merangsang segenap potensi anak agar dapat berkembang secara maksimal.
Anak dengan kebutuhan khusus jenisnya banyak, namun ada tiga jenis yang dapat digolongkan terbanyak dan terberat di Indonesia, misalnya Autisma Infantil, Asperger’s Disease dan Attention Deficit (Hyperactive)
Penyebab dari anak-anak berkelainan ini semakin hari semakin beragam dan factor penyulitnya juga semakin banyak ditemukan, misalnya : intoleransi terhadap protein dari susu sapi, kebocoran usus, keracunan logam berat, dll.

Faktor genetika masih tetap merupakan penyebab utama kelainan ini walaupun masih terus diperlukan penelitian yang lebih dlam untuk mendapatklan data yang akurat.
Oleh karena itu, penting agar orangtua waspada terhadap gejala-gejala berikut sebagai usaha mendeteksi secara dini:
• anak sudak berusia 30 bulan namun belum mampu berbicara atau berkomunikasi
• Anak sering menampilkan perilaku hiperaktif dan sikap tidak peduli yang tidak wajar, baik kepada orangtua maupun orang lain
• Anak terlihat tidak mampu bermain dengan teman sebayanya
• Anak menampilkan perilaku aneh yang berulang-ulang

Memahami Anak Berkebutuhan Khusus
Deteksi dini pada anak dengan kebutuhan khusus merupakan suatu hal yang teramat penting, sebab dari situ orangtua dapat melihat kenyataan yang ada berkaitan dengan keadaan anak, dan dapat segera melakukan intervensi atau penanganan yang benar.
Masa yang paling ideal untuk melakukan intervensi secara dini adalah pada saat anak berusia 2-3 tahun, karena pada saat itulah otak mereka mengalami perkembangan yang paling cepat. Namun harus dipahami bahwa bagaimanapun juga, anak-anak berkebutuhan khusus yang berusia lebih dari 5 tahun pun tetap perlu mendapatkan penanganan atau terapi perilaku. Orangtua tidak perlu kawatir atau bahkan samapi putus asa, yang penting disini adalah sikap optimis dari orangtua,. Selain itu tentu saja diperlukan peranan dan partisipasi dari orangtua.

sumber :
klubbunda.blogspot.com
http://dyahanggraini.ngeblogs.com/2010/04/20/anak-berkebutuhan-khusus/

Terapi Alternatif Bagi Anak - Anak Special Needs

Anak adalah amanah dari Sang Pencipta yang tak ternilai harganya dari materi apapun.

Pertumbuhan anak selalu menjadi perhatian setiap orang tua manapun. Terlebih bila ada orangtua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus (ABK). Adanya hambatan perkembangan dan belajar anak ABK ini tentu memerlukan perhatian ekstra dari orangtua. Terapi menjadi salah satu cara yang penting untuk mendukung kebutuhan perkembangan ABK, tentunya dengan keunikan pribadi yang jelas berbeda dari anak umumnya.
Terapi dapat dilakukan secara dua tahapan, antara lain dilakukan pada tahap intervensi perkembangan anak usia dini atau pra-sekolah lalu tahap kedua adalah terapi edukatif bagi anak usia sekolah. Dimulai dari usia 5 atau 6 tahun. Penerapan terapi bagi ABK dapat orangtua tinjau dari tiga aspek, antaralain aspek medis, aspek psikis dan aspek edukatif yang secara bersama atau tidak bersamaan diberikanatas dasar pemeriksaan intensif dan terpadu dari para terapis.
Terapi medis sendiri adalah terapi penunjang yang dilakukan bukan sebagai upaya penyembuhan. Terapi yang menggunakan obat-obatan sebagai penunjang peningkatan kemampuan ABK baik dalam psikoedukatif atau lainnya.Lalu apa itu terapi psikoedukatif ?, terapi ini merupakan terapi perkembangan dan belajar bagi ABK yang dapat menumbuh serta mengembangkan potensi anak secara maksimal, didalam keterbatasan anak.
Anda sebagai orangtua dapat mencoba beberapa alternative terapi berikut ini.

1. Terapi psikofarmaka, terapi jenis ini tentu menggunakan obat-obatan seperti neuroleptik, selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), antidepresan trisiklik yang dapat berfungsi memperbaiki perilaku gejala autistic sepertisikap menarik diri dan stereotip serta penurunan agresivitas, hiperaktivitas serta depresi.

2. Terapi biomedis oksigen hiperbarik (HBO), merupakan terapi yang dapat meningkatkan konsentrasi oksigen dalam tubuh ABK, pada terapi ini terjadi pembentukan pembuluh darah baru dan meningkatkan antioksidan. Terapi ini masih sangat mahal dan belum lazim dilakukan di negara kita.

3. Fisioterapi adalah jenis terapi yang dapat meningkatkan kemampuan motorik, baik untuk keseimbangan dan gerak motorik kasar maupun pengingkatan fungsi rasa raba dan keterampilan motorik halus, misalnya saja okupasi terapi, terapi sensori integrasi, snozelen terapi, orthosis terapi, hidroterapi, terapi tomatis, terapi lumba-lumba dan sebagainya.

4. Terapi wicara dilakukan bagi ABK untuk meningkatkan keterampilan bicara serta kemampuan berbahasa, yang termasuk dalam terapi ini antara lain terapi komunikasi, play-date dan sebagainya.

5. Terapi musik (bunyi dan nada) digunakan untuk meningkatkan relaksasi dan perhatian serta pengembangan kemampuan konsentrasi ( kemampuan luhur) anak berkebutuhan khusus.

6. Terapi warna ( gelombang dan cahaya) berguna untuk meningkatkan keseimbangan ( harmonisasi) fungsi fisik, mental dan emosional.

7. Terapi edukatif ata pengelolaan instruksional pembelajaran, bukan pendidikan merupakan terapi untuk menumbuh kembangkan keterampilan belajar atau akademik seperti membaca, menulis dan berhitung.

8. Psikoterapi merupakan sebuah cara untuk meningkatkan kemampuan psikis dasar dan perkembangan, misalnya saja floortime terapi, terapi bermain, terapi perilaku, pengelolaan control diri dan emosional, terapi keluarga.

9. Diet terapi lebih ditekankan pada pengaturan gizi atau nutrisi anak, bentuk terapi ini dilakukan pada anak berkebutuhan khusus untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan dan keseimbangan fungsi hormonal serta efektifitas penyerapan dan penyebaran nutrisi dalam tubuh.

10. Brain gym ( senam otak) untuk meningkatkan keseimbangan fungsi otak kanan dan otak kiri yang dapat dilakukan bagi tubuh maupun keterampilan luhur lainnya. ISMAYANTI

Sumber : http://ismadiary.blogspot.com/2009/06/berbagai-alternatif-terapi-anak.html

Tentang Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK atara lain:
tuna netra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak dengan gangguan kesehatan. Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat
Dengan demikian orangtua memegang peran penting untuk menciptakan lingkungan yang konduktif guna merangsang segenap potensi anak agar dapat berkembang secara maksimal.
Anak dengan kebutuhan khusus jenisnya banyak, namun ada tiga jenis yang dapat digolongkan terbanyak dan terberat di Indonesia, misalnya Autisma Infantil, Asperger’s Disease dan Attention Deficit (Hyperactive)
Penyebab dari anak-anak berkelainan ini semakin hari semakin beragam dan factor penyulitnya juga semakin banyak ditemukan, misalnya : intoleransi terhadap protein dari susu sapi, kebocoran usus, keracunan logam berat, dll.
Faktor genetika masih tetap merupakan penyebab utama kelainan ini walaupun masih terus diperlukan penelitian yang lebih dlam untuk mendapatklan data yang akurat.
Oleh karena itu, penting agar orangtua waspada terhadap gejala-gejala berikut sebagai usaha mendeteksi secara dini:
• anak sudak berusia 30 bulan namun belum mampu berbicara atau berkomunikasi
• Anak sering menampilkan perilaku hiperaktif dan sikap tidak peduli yang tidak wajar, baik kepada orangtua maupun orang lain
• Anak terlihat tidak mampu bermain dengan teman sebayanya
• Anak menampilkan perilaku aneh yang berulang-ulang
Memahami Anak Berkebutuhan Khusus
Deteksi dini pada anak dengan kebutuhan khusus merupakan suatu hal yang teramat penting, sebab dari situ orangtua dapat melihat kenyataan yang ada berkaitan dengan keadaan anak, dan dapat segera melakukan intervensi atau penanganan yang benar.
Masa yang paling ideal untuk melakukan intervensi secara dini adalah pada saat anak berusia 2-3 tahun, karena pada saat itulah otak mereka mengalami perkembangan yang paling cepat. Namun harus dipahami bahwa bagaimanapun juga, anak-anak berkebutuhan khusus yang berusia lebih dari 5 tahun pun tetap perlu mendapatkan penanganan atau terapi perilaku. Orangtua tidak perlu kawatir atau bahkan samapi putus asa, yang penting disini adalah sikap optimis dari orangtua,. Selain itu tentu saja diperlukan peranan dan partisipasi dari orangtua.

sumber : klubbunda.blogspot.com

Permasalahan Anak - Anak Berkebutuhan Khusus

Proses Pengolahan Ilmu di otak Anak-Anak Berkebutuhan Khusus itu relatif kurang. Pada awal kehidupan Sel-Sel Otak mulanya sedikit, ketika usia 6 tahun, Sel-Sel Otak mulai bertahmbah, hingga akhirnya pada usia 14 tahun dapat berkembang lebih pesat. Anak-Anak Berkebutuhan Khusus hanya tertuju pada 1 pusat perhatian (topik menarik) dalam proses otak.

Yang berinteligensi tinggi akan menghadapi kesulitan dalam pembelajaran normal, suka merasa bosan dan cenderung main-main sendiri. Sedangkan yang inteligensinya rendah akan kesulitan dalam memahami materi pembelajaran dan kerap membutuhkan banyak pengulangan dalam membahas suatu pembelajaran.

Dalam perihal Interaksi Sosial Anak-Anak Berkebutuhan Khusus kurang kontak mata, represif, sulit berinteraksi baik dengan teman-teman maupun para guru, tak bisa berempati, memahami maksud orang lain, interaksi, kesulitan menyampaikan keinginan, takut dan cenderung menghindari orang lain dan sulit memahami isyarat verbal-nonverbal.

Anak-Anak Berkebutuhan Khusus kerap kali kurang tangkas dan keseimbangan dalam perihal Gerak Motorik Kasar (Gross), sedangkan dalam Gerak Motorik Halus (Fine) Anak-Anak Berkebutuhan Khusus kerap kurang terampil dan terkordinir dalam melaksanakan salah satu tugas.

Dalam Gerakan Sensorik, Anak-Anak Berkebutuhan Khusus cenderung Hiporeaktif (cuek) dan Hiperaktif (enggan belajar), fokus hanya pada detail tertentu/sempit/tak menyeluruh, dan mempunyai perhatian yang obsesif. Anak-Anak Berkebutuhan Khusus juga mempunyai minat terbatas, tak patuh, monoton, tantrum, mengganggu, agresif, impulsif, stimulasi diri, takut-cemas, kerap menangis.

Ketika belajar, Anak-Anak Berkebutuhan Khusus kerap melakukan kesalahan sensory memory karena memori mereka hanya pendek sekali jaraknya, mudah lupa, fakta tersimpan tetapi tidak dalam 1 kerangka konteks yang terjadi. Anak-Anak Berkebutuhan Khusus sebenarnya bisa memberi respon terhadap sesuatu dalam pembelajaran, tetapi mereka sulit menghadapi situasi baru.

Sulit meniru aksi orang lain, namun bisa meniru kata-kata tetapi tidak memahami.

Anak-Anak Berkebutuhan Khusus mempunyai keterbatasan kemampuan komunikasi, gangguan bahasa verbal-nonverbal, kesulitan menyampaikan keinginan, dan penggunaan bahasa repetitif (pengulangan).

Anak-Anak Berkebutuhan Khusus mempunyai kelemahan dalam sequencing seperti kesulitan dalam menguruskan aktivitas, bisa mengurutkan tetapi sulit mengembangkan sehingga kurang kreatif, jika urutan aktivitas dirubah Anak-Anak Berkebutuhan Khusus dapat mengalami stress.

Gangguan Executive Function juga terdapat pada Anak-Anak Berkebutuhan Khusus
seperti kesulitan mempertahankan atensi, mudah terdistraksi, tidak bisa menyelesaikan tugas, dan kurang kontrol diri serta sulit bergaul.

sumber : lppariau.weebly.com

Kategori Anak - Anak Special Needs

Mereka adalah anak-anak yang mengalami gangguan dalam tumbuh kembangya seperti:

- Autisme dan spektrumnya
- Down syndrom
- Kesulitan belajar ( learning differencial )
- kesulitan bicara ( Speech delay )
- Cerebral palsy
- ADHD/ADD ( hiperaktif )
- dll

Jenis Pelayanan

- Okupasi terapi
Terapi yang bertujuan untuk membantu mengoptimalkan kemampuan motorik halus ,kasar
dan bina diri anak sehingga dapat menjadi mandiri dalam kesehariannya

- Terapi wicara
Terapi untuk meningkatkan kemampuan dalam berkomunkasi baik secara expresif maupun reseptif sehingga anak dapat bersosialisasi dengan baik

- Terapi Edukasi / pedagog
Terapi yang diberikan untuk anak yang mengalami kesulitan di bidang akademik
disekolahnya

- Fisio terapi
Terapi untuk membantu anak yang mengalami gangguan fisik dengan mengunakan alat
bantu untuk melatih otot-otot anak

- Konsultasi Psikologi
- Test IQ.EQ,Minat dan Bakat
- Konsultasi dan penentuan diagnosa

- Terapi Kelompok
Terapi secara clasikal ( bersama-sama ) dengan teman-temannya agar anak dapat
bersosialisasi,berkomunikasi dan berinteraksi dengan temannya.

Sumber : http://tootiekidzcenter.blogspot.com/

Penguasaan Teknologi Bagi Anak - Anak Special Needs

Anak-anak berkebutuhan khusus diupayakan bisa terampil menguasai teknologi informasi dan komunikasi Usaha ini sebagai langkah untuk meningkatkan kompetensi anak-anak berkebutuhan khusus untuk bisa mandiri dengan mengembangkan potensi yang mereka miliki
Namun, orientasi pembelajaran anak-anak berkebutuhan khusus untuk lebih menguasi keterampilan-keterampilan dan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) itu hingga saat ini masih menghadapi kendala. Selain minimnya sarana dan prasarana workshop beragam keterampilan, persoalan yang cukup serius adalah kurangnya guru-guru yang mampu, mengajarkan keterampilan yang dikembangkan dalam pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus di seluruh Indonesia.
“Pendidikan kita itu di ujungnya atau hasil lulusannya belum memberikan kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan untuk hidup atau belum bisa membuat anak mandiri. Karena itu. fokus pendidikan bagi anak-anak berkebuluhan khusus sejak tahun 2006 mulai diarahkan untuk memperkuat kompeten-si-kompetensi yang dibutuhkan dalam hidup. Sekitar 39 jenis keterampilan diajarkan dalam pendidikan khusus.” kata Eko Djatmiko Sukarso. Direktur Pembinaan Sekolah Luar Biasa Depdiknas di Jakarta, kemarin.
Menururt Eko. pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus bukan hanya meliputi penyandang cacat yang mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah luar biasa. Pendidikan dengan cara yang khusus juga dibuluhkan untuk melayani anak-anak cerdas isUmewa/berbakat istimewa, anak-anak tenaga kerja Indonesia (TKI) di daerah perbatasan dan luar negeri, anak-anak jalanan, anak-anak di dalam lembaga tahanan masyarakat, anak-anak korban bencana alam, anak-anak yang menderita HIV/AIDS, anak-anak pelacur, anak-anak korban perdagangan orang, hingga anak-anak suku terasing.
“Bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus yang dilayani lewat pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus, perlu dilakukan terobos-an-terobosan yang disesuaikan dengan kondisi mereka. Perlu fleksibel untuk melihat kebutuhan pendidikan yang sesuai dengan kondisi mereka. Dengan penguasaan keterampilan dan TIK. anak-anak tersebut diharapkan bisa lebih mandiri.” kata Eko.Dalam peningkatan penguasaan TIK bagi anak-anak berkebutuhan khusus, kata Eko. pihaknya mendapat dukungan dari perusahaan-perusahaan
TIK. Salah satunya IBM yang memiliki program memperkenalkan teknologi informasi sejak usia dini.
“Kita harus memberikan kesempatan bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk menguasai TI yang terus berkembang dan dibutuhkan dalam hidup. Bukan saja untuk memudahkan cara belajar, tapi juga untuk membuat anak-abak ini mampu berkompetisi dalam dunia kerja nanti. erusahaan-perusahan, seperti yang dilakukan IBM, mesti punya kebijakan untuk juga menerima karyawan berkebutuhan khusus,” Suryo Suwjgnjo, Presiden Direktur IBM Indonesia.
Menurur Suryo, dalam pengenalan Tt pada anak-anak berkebutuhan khusus, tantangan terbesar adalah menyiapkan para guru. “Kami bukan hanya menyediakan alat-alat TI. Tetapi juga melatih guru dan membutakan kurikulum supaya peralatan TI yang ada di sekolah benar-benar dimanfaatkan optimal.” ujarSur-yo.

sumber : bataviase.co.id

Layanan pendidikan anak kebutuhan khusus di bawah 20%

Jakarta - Pendidikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus baik yang dilayani lewat pendidikan khusus maupun pendidikan layanan khusus masih minim, hanya sekitar 18 persen yang bisa dilayani.

"Baru sekitar 70.000 anak dari 346.000 anak berkebutuhan khusus di tanah air yang bisa mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah formal dan khusus," kata Direktur Pembinaan Sekolah Luar Biasa Depdiknas, Eko Djatmiko Sukarso,di Jakarta, Minggu (13/12).

Dijabarkannya, layanan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalami ketunaan seperti tuna netra, tuna grahita maupun yang memiliki kebutuhan khusus lainnya cukup kompleks dan tersebar luas. "Hingga saat ini mereka belum bisa ditangani pemerintah secara maksimal," tandasnya.

Eko Djatmiko mengatakan, pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus bukan hanya meliputi penyandang cacat yang mengenyam pendidikan di sekolah luar biasa.

Pendidikan dengan cara yang khusus atau dinamakan pendidikan layanan khusus (PLK) juga dibutuhkan untuk melayani anak cerdas, berbakat istimewa, anak tenaga kerja indonesia (TKI) di daerah perbatasan dan luar negeri, anak jalanan, anak di dalam lembaga pemasyarakatan, anak korban bencana alam, anak penderita HIV/AIDS, anak pelacur, anak korban perdagangan orang, hingga suku terasing.

Untuk anak-anak cerdas atau berbakat istimewa yang diperkirakan jumlahnya sekitar 2,2 persen dari jumlah anak usia sekolah, baru sekitar 0,43 persen yang terlayani lewat pendidikan di kelas akselerasi dan sekitar satu juta lebih anak yang cerdas / berbakat istimewa yang potensial untuk mendukung kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

"Mereka juga termasuk anak-anak berbakat di bidang seni, budaya, dan bidang lainnya yang bisa mendukung kemajuan bangsa di masa depan belum menikmati pendidikan," katanya.

(new/ant)

Sumber : http://www.primaironline.com/berita/sosial/layanan-pendidikan-anak-kebutuhan-khusus-di-bawah-20

Pendidikan Inklusif Untuk Anak - Anak 'Special Needs'

PERHATIAN pemerintah terhadap anak berbakat khusus atau yang lebih dikenal dengan sebutan anak pengidap autisme belakangan ini cukup baik. Hal itu setidaknya dapat dilihat dari kebijakan Departeman Pendidikan Nasional yang mengizinkan Muhammad Amar (12) mengikuti pendidikan inklusif dan sekarang mengikuti ujian akhir sekolah, 6-11 Juni 2005, di SDIT Al Irsyad 2, Purwokerto.
Izin khusus buat Ammar untuk mengikuti ujian khusus itu saya peroleh dengan susah payah, setelah menempuh berbagai jalur birokrasi di Departemen Pendidian Nasional di Jakarta. Alhamdulillah, perjuangan itu membuahkan hasil dan Ammar menjadi satu-satunya anak autistik di Indonesia yang bisa mengikuti ujian akhir sekolah tahun ini dengan didampingi guru pendamping khusus.
Tanpa guru pendamping, Ammar tak bisa mengerjakan soal ujian. Agar dia bisa menggarap soal, guru pendamping harus membacakan soal dan pilihan jawaban. Setelah itu Ammar diberi tugas memilih salah satu jawaban yang benar. Sungguh luar biasa.
Kita tahu “autisme” berasal dari kata “auto” yang berarti sendiri. Leo Kanner (1943) mendefinisikan anak autistik adalah anak yang seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Dunia berporos pada dirinya dan dia cuek terhadap lingkungan.
Penyebab autisme secara medis adalah kelainan pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus toksoplasma rubella, cymetalogi, jamur kandida, atau herpest. Penelitian terbaru menyebutkan, ada gangguan pencernaan seperti ketidakmampuan mencerna susu sapi dan tepung terigu dengan baik.
Berdasar penelitian S Harris (1989), anak penderita autisme mempunyai beberapa ciri khusus yang bisa dikenali, misalnya tak mau dipeluk, tidak ada kontak mata dalam berkomunikasi, sangat reaktif bila rutinitas berubah, dan suka mengeluarkan kata-kata tertentu berulang-ulang, serta tak peduli pada keadaan sekitar. Bila capek sering mengalami tantrum, yaitu marah secara tak terkendali.
Dalam lingkungan kita sehari-hari mungkin sering ada anak bandel, nakal, dan kerap mengganggu teman-temannya di ruang kelas. Anak yang sering tinggal kelas juga bisa masuk dalam kategori autistik.
Apakah anak autistik dan yang tinggal kelas termasuk anak bodoh? Belum tentu. Anak autistik terbagi menjadi tiga kelompok, yakni IQ rendah, sedang, dan tinggi.
Prof Dr Utami Munandar (1995) telah meneliti anak-anak yang tinggal kelas di berbagai tempat di Indonesia. Hasil penelitian itu mengejutkan sekali. Ternyata 90% anak tinggal kelas termasuk anak yang sangat pandai. Begitu pula anak autistik. Kebanyakan bahkan sangat pandai. Albert Einstein, Picasso, dan Thomas Alfa Edison ketika duduk di bangku sekolah termasuk anak bermasalah dan mereka pengidap autisme.
Mereka tinggal kelas karena tak memperoleh pelayanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan. Anak autistik butuh pendamping dan perhatian khusus agar bisa belajar dengan baik.
Orang tua yang dianugerahi Allah dengan anak autistik tak perlu kecewa. Karena, itu bila ditangani secara benar anak-anak itu akan menjadi besar dan siapa tahu menjadi brilian seperti Einstein.
Sebagai orang tua yang kini berjuang mendidik anak autistik, saya hanya bisa berharap pemerintah, terutama Dinas Pendiikan Nasional Kabupaten Banyumas, memberikan perhatian serius terhadap anak-anak berbakat istimewa itu. SDIT Al Irsyad 2, Jatiwinangun, Purwokerto, merintis pendidikan inklusif sejak tahun 2000 dan kini mendidik 21 anak autistik. Itu merupakan sekolah inklusif pertama di Tanah Air dan terbaik di Indonesia. Sejumlah tokoh pendidikan di Jawa Tengah pun telah banyak belajar mengenai pendidikan inklusif di sekolah itu.
Pendidikan inklusif masih terlalu sendikit di Indonesia dan penanganannya pun belum memuaskan. Pendidikan inklusif di negara-negara Skandinavia telah berhasil dan banyak ditiru di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Pengertian pendidikan inklusif adalah anak-anak special needs diberi kesempatan sekolah bergabung dengan anak-anak normal. Dengan memasukkan mereka ke sekolah umum, anak autistik akan mudah bergaul dan bisa belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dan anak-anak normal pun bisa memahami teman yang menderita gangguan autistik, sehingga terjadi hubungan timbal balik yang menguntungkan dan toleransi di antara anak-anak lebih menonjol.
Pendidikan inklusif sangat baik untuk menolong anak-anak kita yang berbakat istimewa itu. Untuk mendidik mereka perlu bantuan pemerintah sebagai penyedia sarana pendidikan, orang tua, dan guru.
Orang tua dan guru harus menyatu, karena setiap anak membutuhkan kurikulum dan pendekatan berbeda. Satu anak harus didampingi satu guru pendamping. Itu tentu membutuhkan biaya tidak sedikit. Namun dengan kerja keras orang tua dan bantuan semua pihak, masalah tersebut tentu dapat diatasi.
Pendidikan anak berbakat dan inklusif termasuk baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Kita mesti banyak belajar dan berguru pada negara lain yang lebih maju. Populasi anak autistik setiap tahun terus bertambah. Di Indonesia sekarang 2% dari jumlah penduduk.

sumber : www.suaramerdeka.com

Interverensi Dini Pada Anak 'Special Needs'

Intervensi dini menjadi salah satu cara yang baiknya dilakukan orangtua pada anakmereka yang mengalami masalah atau berkebutuhan khusus. Intervensi dini biasanya dilakukan pada anak usia sekolah atau bisa juga dilakukan pada anak yang lebih kecil usianya untuk dideteksi apakah mengalami resiko kondisi perkembangan yang tidak sesuai usia atau berbagai kebutuhan khusus lainnya. Sehingga dapat memperbaiki masalah-masalah perkembangan yang ada dan mengantisipasi (sifatnya preventif).
Indri Savitri, Psi dari LPTUI, Jakarta menjelaskan bahwa Intervensi dini adalah menelaah, mengamati perkembangan anak pada usia dini, antara 0-2 tahun. Dilihat apakah perkembangan anak ini masih masuk dalam kategori normal atau diluar dari yang normal. Secara psikologi, patokannya dapat dilihat dari bagaimana anak berinteraksi dengan orangtua, bagaimana anak merespon apa yang dilakukan orangtua terhadap anak. Juga dapat dilihat, apakah anak aman atau tidak, anak dapat beradaptasi dengan lingkungannya dan sejauh mana perkembangan pertumbuhan anak.
Dalam dunia pendidikan khusus, secara garis besar kesulitan belajar dapat dapat dimasukan ke dalam 2 kelompok, yang pertama adalah kelompok kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning disabilities) dan kelompok lain adalah kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities).Kesulitan belajar akademik menunjuk pada penyesuaian perilaku social.
Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan dalam pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis atau berhitung (matematika).Kemampuan dasar yang umumnya dipandang paling penting dalam kegiatan belajar adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian (perhatian selektif), kemampuan ini membantu membatasi jumlah rangsangan yang perlu diproses atau ditanggapi dalam waktu tertentu.
Kepekaan orangtua menangkap adanya gejala kurang menguntungkan dalam masa perkembangan awal anak, merupakan satu jalan untuk membangun kualitas perkembangan yang maksimal.Orangtua perlu melakukan upaya lanjutan seperti memeriksakan perkembangan anak sebab hal tersebut menjadi suatu upaya nyata dari langkah pemberian tindakan atau perlakuan yang sengaja diberikan(intervensi) pada anak.
Menurut Dr.Tjhin Wiguna, Sp.KJ (K) Psikiater Anak RS Pantai Indah Kapuk dan staf pengajar di FKUI, Jakarta , pemberlakuan intervensi dini pada anak yang mengalami masalah perkembangan atau berkebutuhan khusus berguna meningkatkan perkembangan anak sehingga ketika anak mengalami masalah maka resiko kesempatan belajar tidak terjadi dengan kata lain, anak jadi lebih dapat fokus menerima pelajaran ( prestasi akademik membaik), kemampuan social dan bersosialisasi di masyarakat dan sekolah meningkat.
Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan dalam pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis atau berhitung (matematika).Kemampuan dasar yang umumnya dipandang paling penting dalam kegiatan belajar adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian (perhatian selektif), kemampuan ini membantu membatasi jumlah rangsangan yang perlu diproses atau ditanggapi dalam waktu tertentu.

sumber : ismadiary.blogspot.com

Perlunya Identifikasi Sejak Dini Bagi Anak - Anak Special Needs

Anak dengan kebutuhan khusus atau special needs adalah anak yang mengalami keterbatasan atau ketidakmampuan secara fisik, psikis, atau sosial seperti autisme, down syndrome, learning disability dan sebagainya. Sehingga interaksi anak dengan lingkungan terbatas atau bahkan tidak mampu. Masing-masing anak mempunyai ciri-ciri mental,fisik, sosial, dan komunikasi yang berbeda dengan rata-rata anak yang lain. Hal penting yang perlu dilakukan oran tua adalah melakukan identifikasi sejak dini agar dapat dilakukan penanganan yang tepat sejak anak usia dini.

Menurut Drs. Tuharto, Kepala Sekolah Dasar Terpadu Spectrum, sangatlah penting bagi orang tua untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi anak. “Orang tua jangan sampai terlambat mengidentifikasi permasalahan anak, sehingga tidak tejadi kesalahan dalam proses penanganan,” jelas Tuharto. Proses identifikasi bisa dilakukan dengan bantuan psikolog dan dokter. Bagi Anda, orang tua yang mempunyai anak dengan kebutuhan khusus tidak perlu berkecil hati karena sekarang ini, sudah banyak tersedia terapi-terapi dan sekolah untuk anak dengan kebutuhan khusus (special needs school) sehingga anak dengan kebutuhan khusus ini bisa mendapatkan pendidikan yang layak.

Fanny Erla Zuhana, Psikolog yang juga Manager Bougenville Therapy dan Child Development Center, menjelaskan bahwa anak dengan kebutuhan khusus ini memerlukan penanganan yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dan permasalahan yang dihadapi anak. “Dalam pendidikan pun, kurikulum yang disusun harus disesuaikan dengan kemampuan masing-masing anak,” ungkap Erla. Kurikulum pendidikan di sekolah khusus merupakan gabungan antara kurikulim dari Dinas Pendidikan yang digabung dengan kurikulum pendidikan khusus. “Untuk akademiknya, kami menggunakan kurikulum dari Diknas,” ujar Rika Andadari, Kepala Sekolah Special Needs School Bougenville. Kurikulum yang diterapkan lebih diarahkan ke pengembangkan potensi-potensi yang dimiliki anak dan kemampuan yang dibutuhkan anak seperti kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasi serta kemandirian anak.

Hal senada juga diakui oleh Tuharto. Menurutnya, kurikulum sekolah khusus yang di terapkan di Spectrum mengkombinasikan kurikulum Diknas dan kurikulum khusus. “Masing-masing anak mempunyai lembar kerja atau kegiatan yang berbeda sesuai dengan kemampuannya sendiri,”. Tapi diharapkan semua anak dapat mencapai apa yang disebut kurikulum reguler atau Class Education Program (CEP). “Metode pendidikan didasari oleh kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki setiap anak, sehingga perlu rencana program yang berbeda bagi setiap anak,” tambah Tuharto. Metode yang paling sering digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan dan pemahaman terhadap anak.

Pada umumnya sebelum masuk ke sekolah khusus, anak akan menjalani assessment terlebih dahulu. Tujuannya,untuk mempersiapkan anak dengan kebutuhan khusus untuk masuk sekolah baik dari sisi kemandirian, emosi maupun akademis. Dan diharapkan anak akan lebih mandiri dan mudah untuk menerima pelajaran di kelas serta kemampuan sosialisasinya akan meningkat. Anak dengan kebutuhan khusus biasanya mempunyai kelebihan di bidang tertentu misalnya melukis,menari,memasak,bermain gamelan/musik dan lain-lain. Di sekolah khusus, kemampuan seperti ini akan lebih digali, diarahkan dan dikembangkan. Tersedianya kegiatan ekstrakurikuler diharapkan akan dapat mengakomodasi kebutuhan dan bakat yang dimiliki anak.

Sumber : http://www.kematian.biz/article/education/pendidikan-untuk-anak-dengan-kebutuhan-khusus.html

Interverensi Dini Pada Anak 'Special Needs'

Intervensi dini menjadi salah satu cara yang baiknya dilakukan orangtua pada anakmereka yang mengalami masalah atau berkebutuhan khusus. Intervensi dini biasanya dilakukan pada anak usia sekolah atau bisa juga dilakukan pada anak yang lebih kecil usianya untuk dideteksi apakah mengalami resiko kondisi perkembangan yang tidak sesuai usia atau berbagai kebutuhan khusus lainnya. Sehingga dapat memperbaiki masalah-masalah perkembangan yang ada dan mengantisipasi (sifatnya preventif).
Indri Savitri, Psi dari LPTUI, Jakarta menjelaskan bahwa Intervensi dini adalah menelaah, mengamati perkembangan anak pada usia dini, antara 0-2 tahun. Dilihat apakah perkembangan anak ini masih masuk dalam kategori normal atau diluar dari yang normal. Secara psikologi, patokannya dapat dilihat dari bagaimana anak berinteraksi dengan orangtua, bagaimana anak merespon apa yang dilakukan orangtua terhadap anak. Juga dapat dilihat, apakah anak aman atau tidak, anak dapat beradaptasi dengan lingkungannya dan sejauh mana perkembangan pertumbuhan anak.
Dalam dunia pendidikan khusus, secara garis besar kesulitan belajar dapat dapat dimasukan ke dalam 2 kelompok, yang pertama adalah kelompok kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning disabilities) dan kelompok lain adalah kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities).Kesulitan belajar akademik menunjuk pada penyesuaian perilaku social.
Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan dalam pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis atau berhitung (matematika).Kemampuan dasar yang umumnya dipandang paling penting dalam kegiatan belajar adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian (perhatian selektif), kemampuan ini membantu membatasi jumlah rangsangan yang perlu diproses atau ditanggapi dalam waktu tertentu.
Kepekaan orangtua menangkap adanya gejala kurang menguntungkan dalam masa perkembangan awal anak, merupakan satu jalan untuk membangun kualitas perkembangan yang maksimal.Orangtua perlu melakukan upaya lanjutan seperti memeriksakan perkembangan anak sebab hal tersebut menjadi suatu upaya nyata dari langkah pemberian tindakan atau perlakuan yang sengaja diberikan(intervensi) pada anak.
Menurut Dr.Tjhin Wiguna, Sp.KJ (K) Psikiater Anak RS Pantai Indah Kapuk dan staf pengajar di FKUI, Jakarta , pemberlakuan intervensi dini pada anak yang mengalami masalah perkembangan atau berkebutuhan khusus berguna meningkatkan perkembangan anak sehingga ketika anak mengalami masalah maka resiko kesempatan belajar tidak terjadi dengan kata lain, anak jadi lebih dapat fokus menerima pelajaran ( prestasi akademik membaik), kemampuan social dan bersosialisasi di masyarakat dan sekolah meningkat.
Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan dalam pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis atau berhitung (matematika).Kemampuan dasar yang umumnya dipandang paling penting dalam kegiatan belajar adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian (perhatian selektif), kemampuan ini membantu membatasi jumlah rangsangan yang perlu diproses atau ditanggapi dalam waktu tertentu.

sumber : ismadiary.blogspot.com

Permasalahan Anak 'Special Needs'

Proses Pengolahan Ilmu di otak Anak-Anak Berkebutuhan Khusus itu relatif kurang. Pada awal kehidupan Sel-Sel Otak mulanya sedikit, ketika usia 6 tahun, Sel-Sel Otak mulai bertahmbah, hingga akhirnya pada usia 14 tahun dapat berkembang lebih pesat. Anak-Anak Berkebutuhan Khusus hanya tertuju pada 1 pusat perhatian (topik menarik) dalam proses otak.

Yang berinteligensi tinggi akan menghadapi kesulitan dalam pembelajaran normal, suka merasa bosan dan cenderung main-main sendiri. Sedangkan yang inteligensinya rendah akan kesulitan dalam memahami materi pembelajaran dan kerap membutuhkan banyak pengulangan dalam membahas suatu pembelajaran.

Dalam perihal Interaksi Sosial Anak-Anak Berkebutuhan Khusus kurang kontak mata, represif, sulit berinteraksi baik dengan teman-teman maupun para guru, tak bisa berempati, memahami maksud orang lain, interaksi, kesulitan menyampaikan keinginan, takut dan cenderung menghindari orang lain dan sulit memahami isyarat verbal-nonverbal.

Anak-Anak Berkebutuhan Khusus kerap kali kurang tangkas dan keseimbangan dalam perihal Gerak Motorik Kasar (Gross), sedangkan dalam Gerak Motorik Halus (Fine) Anak-Anak Berkebutuhan Khusus kerap kurang terampil dan terkordinir dalam melaksanakan salah satu tugas.

Dalam Gerakan Sensorik, Anak-Anak Berkebutuhan Khusus cenderung Hiporeaktif (cuek) dan Hiperaktif (enggan belajar), fokus hanya pada detail tertentu/sempit/tak menyeluruh, dan mempunyai perhatian yang obsesif. Anak-Anak Berkebutuhan Khusus juga mempunyai minat terbatas, tak patuh, monoton, tantrum, mengganggu, agresif, impulsif, stimulasi diri, takut-cemas, kerap menangis.

Ketika belajar, Anak-Anak Berkebutuhan Khusus kerap melakukan kesalahan sensory memory karena memori mereka hanya pendek sekali jaraknya, mudah lupa, fakta tersimpan tetapi tidak dalam 1 kerangka konteks yang terjadi. Anak-Anak Berkebutuhan Khusus sebenarnya bisa memberi respon terhadap sesuatu dalam pembelajaran, tetapi mereka sulit menghadapi situasi baru.

Sulit meniru aksi orang lain, namun bisa meniru kata-kata tetapi tidak memahami.

Anak-Anak Berkebutuhan Khusus mempunyai keterbatasan kemampuan komunikasi, gangguan bahasa verbal-nonverbal, kesulitan menyampaikan keinginan, dan penggunaan bahasa repetitif (pengulangan).

Anak-Anak Berkebutuhan Khusus mempunyai kelemahan dalam sequencing seperti kesulitan dalam menguruskan aktivitas, bisa mengurutkan tetapi sulit mengembangkan sehingga kurang kreatif, jika urutan aktivitas dirubah Anak-Anak Berkebutuhan Khusus dapat mengalami stress.

Gangguan Executive Function juga terdapat pada Anak-Anak Berkebutuhan Khusus
seperti kesulitan mempertahankan atensi, mudah terdistraksi, tidak bisa menyelesaikan tugas, dan kurang kontrol diri serta sulit bergaul.

sumber :
lppariau.weebly.com
http://dyahanggraini.ngeblogs.com/2010/04/20/permasalahan-permasalahan-anak-anak-berkebutuhan-khusus/

Beberapa Penyebab Anak 'Special Needs'

Suatu fenomena aneh terjadi saat ini, dimana banyak anak-anak jaman sekarang menderita autisme (add- attention defisit disorder, adhd-attention defisit hyperaktive disorder.
Saya lalu berusaha mencari penyebabnya, berdasarkan banyak informasi yang saya peroleh, baik dari media maupun orangtua penderita langsung, maka saya mencoba memberikan masukan tentang faktor penyebabnya, memang masih harus dibutuhkan penelitian dari para ahli lebih lanjut tentang sahih atau tidak sahihnya faktor penyebab ini.
Faktor-Faktor Penyebab Anak menjadi penderita Autisme ( ADD, ADHD, Asperger):

1.Tambalan gigi ibu hamil
KADAR TIMBAL TINGGI
Banyak dari anak penderita add/adhd memiliki kadar timbal yang lebih banyak dari anak-anak lain yang menyebabkan berubahnya susunan dan fungsi sel otak.
hal itu dipengaruhi karena kandungan timah/ logam yang ada dalam tambalan gigi si ibu, memang tidak semuanya tambalan gigi memakai unsur logam tapi hal itu
perlu ditanyakan kepada dokter gigi yang bersangkutan.

2. KAndungan Nutrisi dalam SUSU – AHA, DAH, FOLAT dan unsur lain…
Memang sepertinya kita ingin bayi kita pintar dan sehat… tapi ada penelitian yang mengatakan bahwa kandungan ini malah memicu terjadinya perubahan sel dalam otak anak tersebut. Bukannya anak kita malah jadi tidak boleh minum susu, tapi diperhatikan dulu apakah memang ada kegunaannya susu-susu mahal itu.

3. Kandungan CO2 dalam udara
Bagi para ibu hamil dan menyusui disarankan untuk memakai masker atau setidaknya menutup hidung ketika memasuki kawasan berpolusi.

4. PRODUK KOSMETIK PEMUTIH WAJAH DAN KULIT segala jenis
Maaf kepada pencinta kulit putih dalam kosmetik mu pasti ada mercury nya walaupun itu kadarnya 0,00001 persen, jangan langsung percaya produk, lihat dan teliti.

5. KADAR STRESS Ibu yang mengandung
Hendaknya kadar stress dapat dijaga.

6. Pola makan dan kebiasaan makan yang buruk

7. Kesalahan Pola Asuh Anak

8. Keterlambatan Terapi
Orangtua menganggap anaknya normal-normal saja dan tidak mau mendengar keluhan guru tentang anaknya. Merasa malu jika anaknya harus diterapi padahal hal itu
sangat dibutuhkan oleh si anak.

sumber : www.sabdaspace.org

Pendidikan Yang Efektif Untuk Anak Special Needs

Sama seperti layaknya anak-anak ‘normal’ lainnya, anak-anak dengan “special needs” juga berhak untuk memperoleh pendidikan. Walaupun mereka memiliki hambatan-hambatan maupun kekurangan-kekurangan, hal ini sebaiknya bukan menjadi alasan untuk tidak memperhatikan kebutuhan belajar mereka.
Sebagian anak dengan gaya belajar, bakat, karakteristik yang unik memerlukan pembelajaran dengan pendekatan individual. Hal ini berlaku pula untuk para anak yang memiliki hambatan dan masalah khusus dalam belajar, termasuk anak-anak yang berkebutuhan khusus.

Berkenaan dengan hal tersebut pemerintah telah menawarkan alternatif solusi berupa pembelajaran individual yang dapat dilakukan di rumah (homeschooling) sesuai dengan Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional no.20 tahun 2003.
Dengan metode homeschooling orangtua berperan sebagai guru dan teman belajar bagi putra-putrinya. Hal ini memungkinkan terciptanya hubungan emosi yang kuat dan kasih sayang selama pembelajaran. Suasana seperti ini merupakan suasana yang amat penting diterapkan dalam mendidik anak-anak berkebutuhan khusus. Suasana tersebut menciptakan perasaan yang sangat nyaman bagi mereka sehingga dapat mempermudah proses pembelajaran.
Para ahli mengatakan bahwa pada rentang usia 0-5 tahun, seorang anak sangat membutuhkan hubungan emosi yang erat dengan keluarga. Dari sinilah kemudian ia membentuk kemampuan-kemampuan sosialnya. Ia belajar mengenai konsep mana yang baik dan buruk. Disebutkan pula bahwa keterlibatan orangtua dalam proses belajar membawa dampak positif terhadap kesuksesan anak sejak ia masih kecil sampai dewasa. Fakta inilah yang kemudian menjelaskan mengapa dalam kasus ABK, pelaksanaan pendidikan di rumah merupakan salah satu pilihan terbaik. Apalagi metode ini juga amat selaras dengan terapi perilaku yang sebaiknya juga dilakukan di rumah.

Metode homeschooling merupakan salah satu metode alternatif untuk mengatasi keterbatasan, kelemahan, dan hambatan emosional yang dimiliki anak-anak berkebutuhan khusus sehingga memungkinkan untuk mencapai hasil belajar yang optimal sesuai potensi yang dimiliki. Metode ini bila dilaksanakan dengan benar dapat memberikan kehangatan dan proteksi dalam pembelajaran terutama bagi anak. Agar metode ini dapat dilaksanakan dengan baik dan anak dapat merasa nyaman dalam belajar, maka beberapa prasyarat yang perlu diperhatikan adalah:
- Kemauan dan tekad yang bulat
- Disiplin belajar-pembelajaran yang dipegang teguh
- Ketersediaan waktu yang cukup
- Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran
- Kemampuan orangtua mengelola kegiatan
- Ketersediaan sumber belajar
- Dipenuhinya standar yang ditentukan
- Diselenggarakannya program sosialisasi agar anak-anak tidak terasing dari lingkungan masyarakat dan teman sebaya
- Dijalinnya kerjasama dengan lembaga pendidikan formal dan nonformal setempat sesuai dengan prinsip keterbukaan dan multimakna
- Terjalin komunikasi yang baik antar para orangtua
- Tersedianya perangkat penilaian belajar yang inovatif

sumber :
pantinugroho.blogspot.com
http://dyahanggraini.ngeblogs.com/2010/04/20/pendididkan-efektif-anak-special-needs/

Kajian tentang Anak Berkebutuhan Khusus

Anak yang dianugrahi oleh yang kuasa untuk memiliki kelebihan kromossom(down syndrom), kelebihan tenaga(hyper active), imajinasi yang berlebih (autis) dan lain sebagainya merupakan sebuah realita yang ada dihadapan kita. Keberadaan anak-anak berkebutuhan khusus ini bukan hanya memerlukan penelaahan yang ilmiah untuk mendapatkan pengobatan atau terapi yang tepat namun juga penyediaan sarana belajar mengajar yang intensif, sehingga pada tahap yang paling memungkinkan mereka mampu untuk membaur dengan rekan-rekannya yang lain dan menunjukkan kemampuan yang mereka punyai secara maksimal. Penyediaan pendidikan khusus bagi anak ’special needs’ yang menempatkan mereka bersama komunitas sesamanya yang memiliki kemampuan dan anugrah yang sama memang sangatlah penting sebagai langkah awal penyiapan mental agar mampu untuk mengurus diri mereka serta melepaskan ketergantungan pada orang lain. Namun ada satu tahap lagi yang penting agar mereka mampu mengenali diri mereka sendiri melalui orang lain disekitar hidupnya…. yaitu “Sekolah Inklusi” Sekolah Inklusi merupakan sebuah sarana alternatif yang mencoba untuk membaurkan segala perbedaan dan mengenalkan anak berkebutuhan khusus kepada realita dunia yang sebenarnya untuk berinteraksi dengan anak-anak sebayanya yang lebih ‘beruntung’. Pada prosesnya anak berkebutuhan khusus akan belajar untuk mengenalkan diri mereka sendiri kepada orang lain, mengenali hal-hal yang dipandang layak oleh masyarakat umum, mengenal peraturan dan sangsi, mengenalkan daya pikir yang lebih analitis, mempertahankan diri mereka sendiri dari bahaya luar, mencoba untuk berkompetisi dan mengenali banyak perbedaan. Pelatihan kemandirian yang selama ini disiapkan di sekolah khusus akan semakin terasah dan berguna apabila anak special ini langsung mempraktekkannya di pendidikan ‘informal’ yang tertata dengan baik sebagai masa transisi ke arah tujuan yang sesungguhnya.

sumber : edukasi.kompasiana.com

Anak Berbutuhan Khusus

Anak dengan Kebutuhan Khusus Mana istilah yang tepat: anak autis atau anak dengan autisme? Belakangan istilah anak dengan autisme lebih dianjurkan karena itu mengindikasikan seorang anak yang memiliki gangguan autisme. Berbeda dengan istilah anak autis yang seolah-olah menjadikan autis sebagai sifat yang dimiliki anak tersebut. Tetapi, ada istilah yang lebih tepat lagi, yakni anak dengan kebutuhan khusus (special needs).

Memang, autisme itu merupakan gangguan perkembangan pada anak-anak yang gejalanya telah terlihat sebelum berumur tiga tahun. Ada tiga perkembangan yang umumnya terganggu akibat autisme ini, yakni komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku.

Kualitas komunikasi anak dengan kebutuhan khusus cenderung tidak normal. Hal tersebut terlihat dengan:

* Perkembangan berbicara yang terlambat, bahkan tidak berkembang sama sekali.
* Tidak berkomunikasi melalui gerak badan atau mimik muka sebagai usaha menutupi kekurangan kemampuan berbicara.
* Tidak mampu memulai pembicaraan atau mempertahankan alur pembicaraan dua arah.
* Kerap menggunakan kata-kata yang tidak lazim atau mengulangi kata-kata yang sama.
* Biasanya memilih permainan yang kurang variatif karena tidak mampu untuk bermain secara imajinatif.

Anak dengan kebutuhan khusus juga memiliki gangguan dalam kualitas interaksi sosial. Mereka akan:

* Gagal untuk bertatap mata, tidak menunjukkan ekspresi di wajah maupun gerak tubuh.
* Gagal membina hubungan sosial dengan teman seumurannya.
* Tidak mampu berempati atau membaca emosi orang lain.
* Tidak memiliki spontanitas dalam mencari teman, berbagi kesenangan, atau melakukan sesuatu bersama-sama.

Perilaku, aktivitas, dan minat anak dengan kebutuhan khusus juga sangat terbatas, bahkan sering melakukan suatu aktivitas tertentu secara berulang-ulang. Biasanya anak dengan kebutuhan khusus akan:

* Melakukan suatu pola perilaku yang tidak normal, bahkan sampai berjam-jam, misalnya duduk di pojok sambil mempermainkan pasir dengan cara yang sama.
* Mempertahankan suatu rutinitas yang tidak boleh diubah. Misalnya, sebelum tidur, harus cuci kaki dulu, menyikat gigi, memakai piyama, menggosokkan kaki di keset, lalu naik ke tempat tidur. Bila urutan rutinitas itu diubah atau salah satu aktivitas tidak dilakukan, maka seorang anak dengan autisme akan merasa sangat terganggu, lalu menangis sambil berteriak meminta rutinitas tersebut diulang dari awal.
* Kerap mengulangi suatu gerakan yang aneh, misalnya mengepak-ngepakkan lengan, menggerak-gerakkan jari dengan cara tertentu, atau mengetok-ngetok sesuatu.

Selain gangguan pada komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku, seorang anak dengan kebutuhan khusus juga kerap menunjukkan emosi yang tidak wajar, misalnya mengamuk tanpa kendali, tertawa dan menangis tanpa sebab, serta memiliki rasa takut yang tidak beralasan. Anak dengan kebutuhan khusus juga menampilkan gejala gangguan sensoris, seperti mencium-cium atau menggigit suatu benda sebagai cara untuk mengenali benda tersebut. Ia juga tidak suka dan menunjukkan penolakan bila dipeluk atau dielus.

Sumber : http://www.hd.co.id/info-kesehatan/anak-dengan-kebutuhan-khusus

Perhatian Ekstre Untuk Anak - Anak 'Special Needs'

Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi menilai anak-anak berkebutuhan khusus (special needs) di Aceh sangat membutuhkan kepedulian dan dukungan dari semua pihak terutama pemerintah daerah. Upaya ini perlu dilakukan mengingat jumlah anak berkebutuhan khusus, terutama anak autis di Aceh terus bertambah.
“Sebagian besar anak berkebutuhan khusus berasal dari keluarga tidak mampu, padahal untuk memberikan pendidikan dan terapi yang tepat untuk mereka butuh biaya yang tidak sedikit. Mendidik anak special needs butuh ekstra tenaga dan ekstra dana,” kata psikolog Anak yang akrab disapa Kak Seto itu.
Ia yakin pemerintah Aceh akan bertindak adil dalam hal pemberian kesempatan memperoleh pendidikan untuk semua masyarakat Aceh. “Tidak hanya terbatas pada memberikan kesempatan untuk anak-anak normal tapi juga untuk anak-anak berkebutuhan khusus atau special needs,” imbuh Ketua Yayasan Nakula Sadewa ini.
Ia mengaku bangga, Pemerintah Aceh melalui Wakil Gubernur Muhammad Nazar mengatakan komit mendukung keberlangsungan pendidikan anak special needs yang ada di daerah Serambi Mekkah ini. “Saya senang sekali berkesempatan berbincang dengan Wakil Gubernur Aceh saat dijamu makan malam di rumahnya. Beliau mengatakan komit mendukung dan menangani pendidikan anak berkebutuan khusus di Aceh. Ini perlu mendapat apresiasi, ternyata sudah ada niat dan langkah serius dari pemerintah daerah untuk menangani pendidikan anak special needs,” katanya.
Pada sesi audiensi dan makan malam yang difasilitasi di Rumah Dinas Wagub Aceh tersebut, Kak Seto juga mendengarkan Muhammad Nazar mendeklarasikan bahwasanya Pemerintah Aceh akan memberikan bantuan pendidikan bagi sekolah My Hope melalui APBA tahun 2010.
Pemerhati masalah anak-anak ini juga mengaku gembira mengetahui Darwati A Gani sebagai istri Gubernur Aceh memberi perhatian khusus membuka seminar nasional tentang anak special needs pada Rabu (28/10) lalu. “Bagi saya, keterlibatan Ibu Darwati A Gani, sebagai Istri Gubernur Aceh, Ibu Illiza sebagai Wakil Walikota Banda Aceh, dan pihak dari Dinas Pendidikan Aceh dalam serangkaian proses penggalangan bantuan pendidikan ABK, menjadi angin segar bagi orang tua dan anak special needs Aceh. Mudah-mudahan dukungan seperti ini terus mengalir dan terealisasi,” harapnya.

sumber : www.serambinews.com

Layanan pendidikan anak kebutuhan khusus di bawah 20%

Jakarta - Pendidikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus baik yang dilayani lewat pendidikan khusus maupun pendidikan layanan khusus masih minim, hanya sekitar 18 persen yang bisa dilayani.

"Baru sekitar 70.000 anak dari 346.000 anak berkebutuhan khusus di tanah air yang bisa mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah formal dan khusus," kata Direktur Pembinaan Sekolah Luar Biasa Depdiknas, Eko Djatmiko Sukarso,di Jakarta, Minggu (13/12).

Dijabarkannya, layanan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalami ketunaan seperti tuna netra, tuna grahita maupun yang memiliki kebutuhan khusus lainnya cukup kompleks dan tersebar luas. "Hingga saat ini mereka belum bisa ditangani pemerintah secara maksimal," tandasnya.

Eko Djatmiko mengatakan, pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus bukan hanya meliputi penyandang cacat yang mengenyam pendidikan di sekolah luar biasa.

Pendidikan dengan cara yang khusus atau dinamakan pendidikan layanan khusus (PLK) juga dibutuhkan untuk melayani anak cerdas, berbakat istimewa, anak tenaga kerja indonesia (TKI) di daerah perbatasan dan luar negeri, anak jalanan, anak di dalam lembaga pemasyarakatan, anak korban bencana alam, anak penderita HIV/AIDS, anak pelacur, anak korban perdagangan orang, hingga suku terasing.

Untuk anak-anak cerdas atau berbakat istimewa yang diperkirakan jumlahnya sekitar 2,2 persen dari jumlah anak usia sekolah, baru sekitar 0,43 persen yang terlayani lewat pendidikan di kelas akselerasi dan sekitar satu juta lebih anak yang cerdas / berbakat istimewa yang potensial untuk mendukung kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

"Mereka juga termasuk anak-anak berbakat di bidang seni, budaya, dan bidang lainnya yang bisa mendukung kemajuan bangsa di masa depan belum menikmati pendidikan," katanya.

(new/ant)

Sumber : http://www.primaironline.com/berita/sosial/layanan-pendidikan-anak-kebutuhan-khusus-di-bawah-20

Anak Berkebutuhan Khusus

Anak “special need” atau anak dengan kebutuhan khusus termasuk anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan perilakunya. perilaku anak-anak ini, yang antara lain terdiri dari wicara dan okupasi, tidak berkembang seperti pada anak yang normal. padahal kedua jenis perilaku ini penting untuk komunikasi dan sosialisasi. sehingga apabila hambatan ini tidak diatasi dengan cepat dan tepat, maka proses belajar anak-anak tersebut juga akan terhambat. intelegensi, emosi dan perilaku sosialnya tidak dapat berkembang dengan baik. oleh karena itu sangat penting untuk melakukan deteksi sedini mungkin bagi anak-anak ini.
Saat ini prevalensi anak dengan kelainan hambatan perkembangan perilaku telah mengalami peningkatan yang sangat mengejutkan. di Penysylvania, Amerika Serikat, jumlah anak-anak autisma saja dalam lima tahun terakhir meningkat sebesar 500%, menjadi 40 dari 10.000 kelahiran. belum terhitung anak-anak dengan perilaku lainnya. sejauh ini di indonesia belum pernah dilakukan penelitian untuk hal ini. akan tetapi kita tahu bahwa faktor-faktor penyebab dari hambatan perkembangan perilaku anak lebih tinggi di indonesia dibandingkan dengan amerika serikat, maka dapat diperkirakan bahwa jumlah anak dengan kelainan ini, pasti jauh lebih banyak daripada di amerika serikat. jenis kelainan pada anak-anak dengan kebutuhan khusus ini dapat berupa Autisma Infantil (yang merupakan kelainan terberat), Asperger” Disease, Attention Deficit (Hyperactive) disorder atau AD (H)D, Speech Delay, Dyslexia, Dyspraxia, dsb.
Seperti yang dijelaskan diatas, anak dengan “special needs” jenisnya cukup banyak, akan tetapi disini kita hanya akan membahas yang terbanyak dan terberat saja, yaitu autisma infantil, asperger’s disease dan attention defecit (hyperactive) disorder. jenis lainnya bukan tidak penting, akan tetapi penanganannya tidak sesulit ketiga kelainan tersebut. hambatan bicara penanganannya tidak perlu terlalu dirisaukan, walaupun tetap perlu ditangani. tetapi anak lambat bicara sangat perlu diwaspadai sebagai autisma. carilah gejala-gejala autisma yang lain (akan saya terangkan di blog selanjutnya), bila memang tidak dijumpai, barulah kita bisa berlega hati. anak lambat belajar khusus dan anak yang kesulitan mengerjakan hal-hal praktis, memang tetap perlu diterapi, tetapi tidak harus seintensif autisma. metoda ABA sangat efektif untuk semua anak dengan kelainan perilaku ini (metode ABA akan dijelaskan di blog selanjutnya). walaupun materi yang diajarkan pasti berlainan untuk setiap kelainan.

sumber : fitrisca.multiply.com

Perhatian Khusus untuk Anak 'Special Needs'


PERLU perhatian khusus untuk membesarkan anak berkebutuhan khusus. Bila dibimbing secara maksimal, mereka bisa tumbuh seperti anak normal lainnya.

Jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia terus meningkat jumlahnya. Pada Hari Autis Sedunia yang jatuh pada 8 April lalu diketahui bahwa prevalensi anak berkebutuhan khusus saat ini mencapai 10 anak dari 100 anak. Berdasarkan data ini menunjukkan 10 persen populasi anak-anak adalah anak berkebutuhan khusus dan mereka harus mendapatkan pelayanan khusus.

Anak yang dikategorikan sebagai anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang mengalami keterbelakangan mental, ketidakmampuan belajar atau gangguan atensi, gangguan emosional atau perilaku, hambatan fisik, komunikasi, autisme, traumatic brain injury, hambatan pendengaran, hambatan penglihatan, dan anak-anak yang memiliki bakat khusus.

"Mereka secara fisik, psikologis, kognitif atau sosial terhambat dalam mencapai aktualisasi potensinya secara maksimal," ucap Dra Psi Heryanti Satyadi MSi saat acara seminar bertema "Mengatasi Anak Berkebutuhan Khusus/Special Needs" yang diselenggarakan KiddyCuts.

Psikolog yang berpraktik di Jalan Paku Buwono VI Nomor 84 Kebayoran Baru ini juga mengatakan, eningkatnya populasi anak berkebutuhan khusus ini salah satunya karena perubahan gaya hidup. "Banyak penyebab meningkatnya angka populasi ini. ang pertama adalah karena semakin banyaknya orang yang peduli terhadap anak berkebutuhan khusus dan adanya perubahan gaya hidup yang memang berbeda pada zaman dulu," ujarnya psikolog dari I Love My Psychologist ini.

Di zaman sekarang ini, banyak orang tua yang hanya memiliki sedikit waktu untuk keluarga. Hal tersebut juga berdampak pada anak-anak yang menjadi kurang perhatian, terutama pada anakanak yang berkebutuhan khusus. "Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang memang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya," papar psikolog yang berpraktik di Kawasan Kelapa Gading ini.

Penyebab seorang anak mengalami keterbelakangan mental ini disebabkan beberapa hal. Antara lain dari dalam dan dari luar. Jika dari dalam adalah karena faktor keturunan.

Sedangkan dari luar memiliki banyak penyebab. Penyebab dari luar ada beberapa faktor. Satu di antaranya karena maternal malanutritisi (malanutrisi pada ibu). Ini biasanya terjadi pada ibu hamil yang tidak menjaga pola makan yang sehat, keracunan atau efek substansi.

Hal tersebut bisa memicu kerusakan pada plasma inti, kerusakan pada otak waktu kelahiran, gangguan pada otak. Misalnya tumor otak, bisa juga karena gangguan fisiologis seperti down syndrome.

"Penyebab dari luar juga bisa. Misalnya karena pengaruh lingkungan dan kebudayaan. Biasanya ini terjadi pada anak yang dibesarkan di lingkungan yang buruk. Kasus abusif, penolakan atau kurang stimulasi yang ekstrem dapat berakibat pada keterbelakangan mental," katanya.

Pada umumnya, anak-anak yang berkebutuhan khusus dan sebagian anak normal mengembangkan suatu bentuk perilaku yang perlu perhatian dan penanganan secara khusus dan hati-hati.

Perilaku tersebut bisa saja terjadi karena anak merasa frustrasi tidak dapat mengekspresikan dirinya dengan kata-kata yang komunikatif agar dipahami orang lain. Akhirnya amarahnya meledak dan mengamuk.

"Banyak anak berkebutuhan khusus mengalami masalah serius dalam pengendalian perilaku dan memerlukan bantuan untuk mengendalikan ledakan-ledakan perilaku agresif, yang tidak relevan dengan situasi sosial sehari-hari," papar ibu dua anak ini.

Dokter ahli kejiwaan Dr Ika Widyawati SpKJ (K) mengatakan, anak yang perlu penanganan khusus tidak harus belajar di sekolah khusus. Mereka bisa saja disekolahkan di sekolah umum bersama anak normal lainnya.

"Jika anak disekolahkan di sekolah umum, itu adalah langkah yang tepat dilakukan orang tua asalkan mereka bisa mengikuti pelajarannya," ujar Kepala Divisi Psikiatri Anak Departemen Psikiatri FKUI/RSCM tersebut.

sumber: http://www.autis.info

Karakteristik Anak - Anak 'Special Needs'

Setiap anak dengan kebutuhan khusus memiliki karakteristik (ciri-ciri) tertentu yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Untuk keperluan identifikasi, di bawah ini akan disebutkan ciri-ciri yang menonjol dari masing-masing jenis anak dengan kebutuhan khusus.
1. Tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan
a. a. Tidak mampu melihat
b. b. Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter
c. Kerusakan nyata pada kedua bola mata,
d. Sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan,
e. Mengalami kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya,
f. Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/besisik/kering,
g. Peradangan hebat pada kedua bola mata,
h. Mata bergoyang terus.
Nilai standar : 4 (di luar a dan b), maksudnya, jika a dan b terpenuhi, maka tidak perlu menghitung urutan berikutnya.
2. Tunarungu/anak yang mengalami gangguan pendengaran
a. Tidak mampu mendengar,
b. Terlambat perkembangan bahasa
c. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
d. Kurang/tidak tanggap bila diajak bicara
e. Ucapan kata tidak jelas
f. Kualitas suara aneh/monoton,
g. Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar
h. Banyak perhatian terhadap getaran,
i. Keluar cairan ‘nanah’ dari kedua telinga
Nilai Standar : 6 (di luar a), maksudnya jika a terpenuhi, maka berikutnya tidak perlu dihiung.
3. Tunadaksa/anak yang mengalami kelainan angota tubuh/gerakan
a. Anggauta gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh,
b. Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali),
c. Terdapat bagian anggauta gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil dari biasa,
d. Terdapat cacat pada alat gerak,
e. Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam,
f. Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal
g. Hiperaktif/tidak dapat tenang.
Nilai Standar : 5
4. Anak Berbakat/ memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
a. Membaca pada usia lebih muda,
b. Membaca lebih cepat dan lebih banyak,
c. Memiliki perbendaharaan kata yang luas,
d. Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat,
e. Mempunayi minat yang luas, juga terhadap masalah orang dewasa,
f. Mempunyai inisiatif dan dapat berkeja sendiri,
g. Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal,
h. Memberi jawaban-jawaban yang baik,
i. Dapat memberikan banyak gagasan
j. Luwes dalam berpikir
k. Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan,
l. Mempunyai pengamatan yang tajam,
m. Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati,
n. Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri,
o. Senang mencoba hal-hal baru,
p. Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi,
q. Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan-pemecahan masalah,
r. Cepat menangkap hubungan sebabakibat,
s. Berperilaku terarah pada tujuan,
t. Mempunyai daya imajinasi yang kuat,
u. Mempunyai banyak kegemaran (hobi),
v. Mempunyai daya ingat yang kuat,
w. Tidak cepat puas dengan prestasinya,
x. Peka (sensitif) serta menggunakan firasat (intuisi),
y. Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.
Nilai Standar : 18
5. Tunagrahita
a. Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/ besar,
b. Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia,
c. Perkembangan bicara/bahasa terlambat
d. Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan kosong),
e. Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali),
f. Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler)
Nilai Standar : 6
6. Anak Lamban Belajar
a. Rata-rata prestasi belajarnya selalu rendah (kurang dari 6),
b. Dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat dibandingkan teman-teman seusianya,
c. Daya tangkap terhadap pelajaran lambat,
d. Pernah tidak naik kelas.
Nilai Standar : 4
7. Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik
• Anak yang mengalami kesulitan membaca (disleksia)
a. Perkembangan kemampuan membaca terlambat,
b. Kemampuan memahami isi bacaan rendah,
c. Kalau membaca sering banyak kesalahan
Nilai standarnya 3
• Anak yang mengalami kesulitan belajar menulis (disgrafia)
a. Kalau menyalin tulisan sering terlambat selesai,
b. Sering salah menulis huruf b dengan p, p dengan q, v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya,
c. Hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca,
d. Tulisannya banyak salah/terbalik/huruf hilang,
e. Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.
Nilai standarnya 4.
• Anak yang mengalami kesulitan belajar berhitung (diskalkulia)
a. Sulit membedakan tanda-tanda: +, -, x, :, >, <, =
b. Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan,
c. Sering salah membilang dengan urut,
d. Sering salah membedakan angka 9 dengan 6; 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dengan 8, dan sebagainya,
e. Sulit membedakan bangun-bangun geometri.
Nilai standarnya 4.
8. Anak yang mengalami gangguan komunikasi
a. Sulit menangkap isi pembicaraan orang lain,
b. Tidak lancar dalam berbicaraa/mengemukakan ide,
c. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi,
d. Kalau berbicara sering gagap/gugup,
e. Suaranya parau/aneh,
f. Tidak fasih mengucapkan kata-kata tertentu/celat/cadel,
g. Organ bicaranya tidak normal/sumbing.
Nilai standarnya 5.

9. Tunalaras (anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku).
a. Bersikap membangkang,
b. Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah
c. Sering melakukan tindakan aggresif, merusak, mengganggu
d. Sering bertindak melanggar norma social/norma susila/hukum.
Nilai standarnya 4.

Sumber : http://www.wonosari.com/sekolah-pendidikan-f67/anak-dengan-kebutuhan-khusus-t6194.htm

Terapi Efektif Untuk anak " Special Needs"

Tidak perlu pesimis menghadapi buah hati yang berkebutuhan khusus. Di Rumah Belajar, si kecil akan dibina dengan baik. Salah satunya dengan terapi wicara.

Memiliki anak yang berkebutuhan khusus tidak perlu menjadikan Anda sedih, susah dan hilang harapan pada buah hati. Mereka sebenarnya memiliki potensi dan bakat terpendam yang harus digali lebih dalam. Rumah Belajar yang berdiri sejak November 2008 ini, mengajak setiap orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus untuk bergabung dan mengikuti terapi-terapi yang ada. Selain itu, di Rumah Belajar juga tersedia kursus melukis yang diajarkan oleh Alianto, seorang pelukis pendidik yang mengembangkan penguasaan seni lukis dan didaktika secara otodidak.

Sedangkan untuk anak-anak berkebutuhan khusus, salah satu terapinya adalah terapi wicara yang diajarkan oleh Itasari Atitungga sebagai Speech Therapist di Rumah Belajar. Ita mengatakan bahwa dalam terapi wicara ini, ia mengajarkan tentang artikulasi, bahasa, intonasi suara dan melatih anak untuk belajar berkonsentrasi serta mengontrol emosi. Sedangkan metode yang digunakan setiap tahap berbeda-beda.

Terapi Anak-anak Berkebutuhan Khusus
Dalam menerapkan terapi wicara ini, beberapa metode yang digunakan seperti; metode artikulasi, anak akan diajarkan untuk menggunakan lidahnya dalam menyebutkan huruf-huruf. Bahkan Ita seringkali meminta anak asuhannya untuk belajar menjilat di piring agar kelenturan lidah itu sendiri terlatih dengan baik. Untuk metode bahasa, Ita menerapkannya dalam bentuk bermain drama atau bermain pura-pura, biasanya ini sering disebut sebagai modeling. Masih dalam metode bahasa, Ita pun mengajarkan anak-anak di Rumah Belajar untuk berbicara tentang dirinya sendiri (self talk) dan bercerita (storytelling).

Sedangkan metode suara, termasuk di dalamnya anak-anak yang bersuara bindeng, serak, dan gangguan pita suara. Menurut Ita, untuk gangguan pita suara ini kebanyakan anak-anak baik yang berkebutuhan khusus atau bukan, biasanya gangguan yang diderita setelah operasi. Jadi, untuk memudahkan kembali berbicara dengan normal, Ita akan mengajarkannya.

Yang paling menarik adalah dalam metode irama kelancaran. Untuk metode ini biasanya digunakan pada anak-anak yang gagap, bicara terlalu cepat (clutter), dan berbicara terlalu lambat. Metode ini bisa juga dipakai untuk orang dewasa yang sering latah dalam berbicara.

”Untuk bicara gagap, dipakai terapi ketukan atau cara tunda. Caranya dengan mengambil nafas lalu hitung 1-3, baru mulai bicara perlahan. Misalnya sa..sa..saya, ma..ma..u, ma..ma..kan. Setelah beberapa kali, kemudian ketukannya dipercepat sedikit. Sampai si anak bisa berbicara tidak gagap lagi meskipun masih harus dibimbing. Untuk melatih ini, peran orangtua di rumah sangat penting. Karena jika hanya di tempat terapi saja latihan, di rumah tidak. Menurut saya percuma saja,” terang Ita.

Melatih Konsentrasi dan Emosi
Ada lagi metode tambahan dalam terapi wicara, yaitu Brain Gym yang tujuannya melatih konsentrasi dan emosi anak saat menjalani terapi. Biasanya di tengah-tengah terapi, anak sering mudah tantrum. Oleh karena itu, Brain Gym melalui Ritme Movement Training (RMT) menjadi efektif. Menurut Ita, dari Brain Gym ini tujuannya untuk memperbaiki gerakan-gerakan refleks anak, mengaktifkan kembali otak kanan dan kiri, serta menenangkan anak supaya siap untuk diterapi kembali. Brain Gym ini hanya dilakukan 15 menit bahkan lebih sesuai kebutuhan dan kondisi si anak.

“Pada dasarnya terapi wicara ini bertujuan melatih komponen-komponen berkomunikasi, termasuk di dalamnya berbahasa dan berbicara pada anak berkebutuhan khusus. Melalui Rumah Belajar ini, saya ingin membantu berbagai macam anak dengan kasusnya , supaya mereka bisa sukses,” tutur Ita.



sumber: http://www.parentsguide.co.id/dsp_content.php?pg=cns&id=149&emonth=08&eyear=2009&kat=2

Pendidikan Anak - Anak Special Needs

Dunia pendidikan juga menganut sebaran kurve normal. Dimana prosentase anak dengan special need lebih sedikit diabndingkan dengan anak normal atau rata-rata. Sebab dalam kurve normal, yang ekstrim kiri dan kanan selalu sedikit. Posisi tengah mestilah menggunung alias banyak sekali. Hal ini menunjukkan bahwa anak dengan special need tak akan pernah melampaui populasi anak normal pada umumnya.
Mereka yang menyandang hal demikian belum tentu selau negatif karena ekstim kanan pun berlaku, begitu positifnya. Anak-anak ini memerlukan penanganan dari segala sisi yang memang harus berbeda dari anak rata-rata normal. Mulai dari aspek pendidikan formal maupun non-formal sampai penanganan dalam keterampilan perilaku sosialnya yang harus dikuasai. Dari sisi lain, tidak semua pengajar bisa menangani mereka, harus ada ilmu keterampilan khusus. Minimal pelatihan-pelatihan pendukung.
anak dengan special need (kebutuhan khusus) memerlukan wadah tersendiri guna penggemblengan tahapan perkembangan sesuai dengan usianya. Baik usia usia kronologis lebih-lebih usia mental-nya. Artinya anak dengan special need, biasanya antara usia kronologis dengan usia mentalnya tidak berjalan seiring.
Dimana usia kronologis bisa diartikan sebagai usia sejak kapan anak tadi dilahirkan atau sesuai dengan usia kelahirannya hingga hari ini. Sedangkan usia mental adalah usia perkembangan kemampuan mentalnya, atau dengan kata lain usia kronologis adalah usia pertumbuhan sejak lahir, sedang usia mental adalah usia perkembangannya dilihat dari sisi kemampuan kematangan mentalnya.
Contoh perkembangan kemampuan dilihat dari usia mental dari anak, yaitu kemampuannya memahami keberadaan dirinya sebagai seorang anak, bisa bergaul sosial bersama anak seusianya dengan kebiasaan bisa mengalah ketika terjadi perkelahian. Terus, anak ini bisa memahami hukum sebab akibat sederhana, tentu dan lain sebagainya.
Mereka memang memerlukan pendidikan khusus, Alhamdulillah di negara kita tercinta sudah mulai dirintis sekolahan yang khusus menangani anak-anak ini. Bagi anak yang special need-nya ekstrim kanan disediakan jalus khusus kelas akselerasi, sedang anak ekstrim kiri diberikan pendidikan luar biasa (SLB) A-B-C. Semoga dengan adanya penanganan secara khusus ini bisa mewadahi mereka dan menggembleng mereka sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya.

sumber : irsanfinazli.wordpress.com

Apa Sih Anak "Special Need" itu ?

Anak special need" atau anak dengan kebutuhan khusus termasuk anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan perilakunya. perilaku anak-anak ini, yang antara lain terdiri dari wicara dan okupasi, tidak berkembang seperti pada anak yang normal. padahal kedua jenis perilaku ini penting untuk komunikasi dan sosialisasi. sehingga apabila hambatan ini tidak diatasi dengan cepat dan tepat, maka proses belajar anak-anak tersebut juga akan terhambat. intelegensi, emosi dan perilaku sosialnya tidak dapat berkembang dengan baik. oleh karena itu sangat penting untuk melakukan deteksi sedini mungkin bagi anak-anak ini.

Saat ini prevalensi anak dengan kelainan hambatan perkembangan perilaku telah mengalami peningkatan yang sangat mengejutkan. di Penysylvania, Amerika Serikat, jumlah anak-anak autisma saja dalam lima tahun terakhir meningkat sebesar 500%, menjadi 40 dari 10.000 kelahiran. belum terhitung anak-anak dengan perilaku lainnya. sejauh ini di indonesia belum pernah dilakukan penelitian untuk hal ini. akan tetapi kita tahu bahwa faktor-faktor penyebab dari hambatan perkembangan perilaku anak lebih tinggi di indonesia dibandingkan dengan amerika serikat, maka dapat diperkirakan bahwa jumlah anak dengan kelainan ini, pasti jauh lebih banyak daripada di amerika serikat. jenis kelainan pada anak-anak dengan kebutuhan khusus ini dapat berupa Autisma Infantil (yang merupakan kelainan terberat), Asperger" Disease, Attention Deficit (Hyperactive) disorder atau AD (H)D, Speech Delay, Dyslexia, Dyspraxia, dsb.

Sumber : http://astiw.blogspot.com/2010/04/anak-special-needs.html